BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Search This Blog

Wednesday, December 29, 2010

DETIK AKHIR RASULULLAH S.A.W


>> >Utk Renungan Bersama.
Saat- saat Rasulullah SAW Menghampiri Sakaratul Maut
Rasulullah s.a.w masih mengingati kita sbagai umatnya .. Oleh itu,marilah kita sama2 menghayati dan merenungi detik akhir rasulullah saw  dan smbil itu sm2 lah kita berselawat ke atas baginda untuk membuktikan tanda ingatan kita terhadap baginda juga.. 
>> >Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar
>> >cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan
>> >Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai
>> >menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan
>> >sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas
>> >memberikan kutbah,
>> >"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah
>> >dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah
>> >kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al
>> >Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
>> >bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang
>> >mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
>> >Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
>> >Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap
>> >sahabatnya satu persatu.
>> >Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar
>> >dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman
>> >menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
>> >dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
>> >tiba.
>> >"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati
>> >semua sahabat kala itu.
>> >Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan
>> >tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat,
>> >tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap
>> >Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika
>> >turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh
>> >sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan
>> >detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu
>> >rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,
>> >Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya
>> >yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang
>> >menjadi alas tidurnya.
>> >Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
>> >berseru mengucapkan salam.
>> >"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
>> >Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
>> >"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang
>> >membalikkan badan dan menutup pintu.
>> >Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
>> >sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
>> >
>> >"Siapakah itu wahai anakku?"
>> >"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini
>> >aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
>> >Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
>> >pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi
>> >bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
>> >"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
>> >sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
>> >Dialah malakul maut," kata Rasulullah,
>> >
>> >Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut
>> >datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
>> >Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian
>> >dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di
>> >atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan
>> >penghulu dunia ini.
>> >"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
>> >Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
>> >
>> >"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah
>> >menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti
>> >kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak
>> >membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
>> >kecemasan.
>> >"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya
>> >Jibril lagi.
>> >"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
>> >"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku
>> >pernah
>> >mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga
>> >bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di
>> >dalamnya," kata Jibril.
>> >Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
>> >tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh
>> >tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
>> >menegang.
>> >"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan
>> >Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di
>> >sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
>> >memalingkan muka.
>> >"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
>> >Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar
>> >wahyu itu.
>> >"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
>> >direnggut ajal," kata Jibril.
>> >Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana
>> >sakit yang tidak tertahankan lagi.
>> >"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua
>> >siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."Badan
>> >Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak
>> >bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak
>> >membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan
>> >telinganya.
>> >"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku,
>> >peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah
>> >di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar
>> >bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
>> >menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
>> >mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai
>> >kebiruan.
>> >"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku,
>> >umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang
>> >memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai
>> >sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik
>> >wa salim 'alaihi
>> >Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan
>> >kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul
>> >kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti
>> >Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya
>> >selain daripada itu hanyalah fana belaka.
>> >Amin..

0 comments: